Yaa Allah trimakasih karena Engkau telah mengizinkanku menjadi anak gunung hingga aku bisa melihat kebesaran-Mu. Mewujudkan impianku sejak SMA ketika ikut kegiatan ekstrakurikuler Pencinta Alam. Ketika SMA aku hanya boleh ikut kegiatan disiang hari dan tidak boleh ikut event yang ada kegiatan malamnya yaitu kamping padahal itu adalah hal yang ku suka. Bapak dan mamakku bilang bahwa aku masih kecil jadi belum boleh ikut kegiatan malam. Jadi aku hanya ikut kegiatan Pecinta Alam disiang hari. Ketika aku sudah lulus kuliah aku pergi mendaki bukit kaba bersama teman-temanku atas izin mamak dan bapakku. Februari 2015 itu adalah pendakian pertamaku di usiaku ke 24 tahun.
Tulisan ditembok bukan vandalisme itu adalah mengucapkan salam kepada yang ceritanya sudah tidak asing lagi dalam suku rejang.
Link : Muning raib
Setelah 2 kali mendaki bukit kaba, aku bersama teman-temanku mendaki gunung dempo pagar alam sumatra selatan. Setelah itu mendaki bukit kaba kembali sebanyak 2 kali. Lalu mendaki atap sumatra yaitu puncak kerinci dan gunung tujuh. Pulangnya di lanjutkan mendaki bukit kaba kembali lalu aku mendapatkan panggilan kerja di RSU UMMI Bengkulu hingga akhirnya qodarullah aku tidak pernah mendaki lagi. Semua pendakian itu aku lakukan dalam 2 tahun Februari 2015- maret 2017.
In Syaa Allah akan aku lanjutkan pendakianku bersama jodoh dan anak-anak ku dimasa depan menuju puncak-puncak impianku.
Ya Allah aku sangat menyukai tenda, bagiku itu adalah rumah termewah, hotel bintang seribu. Aku suka tidur sambil melihat bulan dan bintang, jadi tubuhku di tenda kepalaku nongol keluar melihat langit. Aku suka sekali tidur beralas bumi beratap langit. Lagi-lagi aku melihat bulan dan bintang layaknya melihat kekasih-Mu, Rosuul kami yaitu cahaya di dalam kegelapan.
Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan men-jadikannya terasa indah bagi orang yang memandang(nya),
(Al-Qur'an nul kariim Surah Al-Hijr ayat 16).
Menjadi anak gunung mengajarkanku tentang kesederhanaan, tempat termewah bagiku bukan hotel bintang lima melainkan hotel bintang seribu (tenda), kendaraan terbaik bukan mobil atau motor tapi kakiku sendiri, dipuncak gunung aku dilatih cara bertahan hidup, aku minum air belerang tanpa dimasak, aku belajar hidup tanpa pilihan, hidup seadanya. Tidak ada toilet, tidak ada listrik, tidak ada kendaraan, bekal seadanya, seapaadanya. Sejak itu hidupku jadi mudah, aku jadi tidak banyak maunya. Karena pelajaran bertema Survival dan Stop ketika ikut pecinta alam SMA benar-benar diterapkan tidak hanya di hutan belantara tapi juga di kehidupanku sehari-hari.
Dua tahun pendakian itu banyak sekali hikmah yang aku dapatkan :
Aku melihat bahwa setiap pendaki memiliki beban bawaannya masing-masing (Carrier/keril/ransel/tas) aku jadi belajar jangan hanya sibuk mengeluhkan bebanmu lihatlah lebih jauh jangan hanya melihat dirimu sendiri kita semua punya beban. Darisana aku melihat dunia nyatapun sama, setiap orang punya masalahnya masing-masing jadi bertanggung jawablah atas beban yang telah ditakdirkan untuk mu, jangan merasa sendiri, karena semua pun punya beban, semuapun di uji.
Maha suci dzat yang menciptakan langit tanpa tiang.
"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, .... . (QS. Ar-Ra'd : 2)
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?
Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?
(QS.Nuh: 15-16)
Link : Membumi
Tugu yudha dan tugu adi permana (baca kisah mereka di google) yang terlihat di depan mata kami mengajarkan bahwa tujuan mendaki gunung bukanlah puncak tapi pulang kembali dengan selamat hingga rumah berkumpul bersama keluarga. Aku tidak bersedih aku tidak mencapai puncak karena dua tugu itu mengajarkan ku, ada banyak orang yang tidak seberuntung kamu yang hanya mencapai puncak. Sedang tujuan mendaki gunung adalah turun gunung kembali menuju rumah dengan selamat. Aku ingat sekali kala itu, ditengah-tengah kami menikmati sunrise sambil berjalan menuju puncak (Summit attack) tiba-tiba badai datang. Handphonekupun yang aku ikat talinya di leher terbang-terbang saking dahsyatnya badai itu. Kami bersama-sama bersembunyi di lereng agar tidak terhempas badai. Setelah badai usai, kami memutuskan untuk turun pulang.
Cukuplah kematian sebaik-baik nasihat.
Rumah abadi kita itu akhirat, disini (Dunia) hanya numpang (Musafir). Tidak mencapai pucak tertinggi di dunia tidak masalah asalkan bisa berpulang ketempat abadi kita dengan selamat. Aamiin.
"Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal, sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (QS. Al- Furqon 65-66).
"Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman."
(QS. Al- Furqon 75-76).
Diatas sana badai sangat dahsyat, benarlah bahwa semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang berhembus. Disanalah kekuatan akar akan di uji, apakah ia benar-benar kokoh atau justru malah tumbang?
Astaghfirullah,,,
Ini mengingatkan ku pada imanku.
Hanya kepada Engkaulah Yaa Robb aku memohon pertolongan semoga Engkau istiqomahkan aku selalu dijalan-Mu baik itu ketika aku sedang dibawah ataupun diatas.
Nabi Muhammad saw bersabda, "Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya." Allah berfirman:
... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syura/42:37).
... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syura/42:37).
Dipuncak sana aku belajar hidup tanpa pilihan, seapa adanya, tidur beralas bumi beratap langit. Tidak ada listrik, tidak ada toilet bahkan untuk air minumpun disana sangat berharga. Kami harus turun menuju lereng bukit agar bisa mendapatkan air untuk minum. Disana semua sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, tidak ada bos ataupun anak buah, tidak ada seragam, semua memiliki satu tujuan pergi sama-sama, sampai tujuan sama-sama dan pulangpun sama-sama. Uang diatas sana tidak berguna. Disana aku belajar ketika dimana uang dianggap tidak penting maka kebersamaan satu sama lain akan dianggap hal yang paling berharga. Karena sangat terasa bahwa hidup diperlukan adanya kerjasama, yang kuat melindungi yang lemah.
Ketika naik gunung aku belajar, semakin banyak barang bawaanku maka semakin besar tanggung jawab dan hukuman untuk pundakku untuk memikul barang-barang itu hingga puncak. Aku harus pintar memilih mana yang aku butuhkan selama di perjalanan. Secukupnya saja, selebihnya keluarkan. Aku juga jadi belajar begitupun dengan hidup, semua ada hisabnya. Ambil sesuai kebutuhan sisanya keluarkan, kembalikan pada yang maha memberi yaitu Ar-Razzaaq.
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.
(QS. Al-Furqon : 62).
Apa yang di nanti oleh para pendaki diatas sana? Samudra awan dan sunrise. Melihat dua hal itu membuatku memetik hikmah. Ketika aku berada dalam kesulitan, setelah aku lelah berjuang, aku selalu ingat kalimat ini :
"Ketika malam semakin pekat gelapnya, ingatlah sebentar lagi matahari akan terbit. Malam akan segera berakhir."
Gunung mengajarkanku jadi mandiri, kuat dan membawaku ketempat yang tinggi dan indah tanpa merendahkan yang lain.
Al-Qur'an nul kariim Surah Al-Mulk ayat 15:
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran.
Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.
(Al-Qur'an nul kariim Surah Al-Hijr ayat 19-20)
Allah Sang maha pencipta, Allah Al-Khaliq, Allah Al-Bari, Allah Al Musyawir.
"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Al-Qur'an nul kariim Surah Al-Hasyr ayat 24).
Fa tabarakallahu ahsanul khaliqin.
Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.
Catatan pengingat.
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(Al-Qur'an nul kariim Surah An-Nahl ayat 36).
My Dream : berjalan di bumi dan melihat bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). Semoga dengan itu tumbuh cinta yang lebih mendalam lagi kepada Rosullullah.
Tafsir :
Matahari mengajarkan aku untuk tidak putus asa/menyerah jika duniamu sedang gelap gulita dan jangan sombong ketika sedang terang benderang. ♥️
Malam dan siang itu dipergilirkan, untuk mengajarkan terang itu tidak selamanya dan gelappun tidak selamanya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
(QS. Ali Imran ayat 190-191).
Sabar dan syukur adalah kunci.
Bersama senja Agustus 2020.
Tulisan ini di tulis pada tahun 2023. Ketika masuk kerja kembali setelah sakit. Semoga menjadi bacaan pengingat untukku selalu. Aamiin.
Sebagai ganti tulisanku pada tahun 2015 yang terhapuskan ketika sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar